Categories
Berita Terkini SMM Parenting Pendidikan

Self-Regulation dan Kesuksesan Akademik: Mengapa Homeschooling Bisa jadi Pilihan Tepat?

Hi Ayah Bunda, 

Saat bicara soal pendidikan, pasti semua orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Bukan hanya dari sisi nilai, tapi juga dari cara anak belajar dan berkembang sebagai individu yang mandiri.

Saat ini, banyak anak mengikuti sistem pendidikan formal. Mereka belajar dengan jadwal yang teratur, diawasi guru, dan terbiasa mengikuti arahan. Sistem ini memang membantu membentuk rutinitas, tapi di balik itu seringkali muncul pertanyaan penting:

Apakah anak sudah benar-benar bisa mengatur dirinya sendiri dalam belajar? Tanpa guru yang terus mengingatkan, apakah anak tetap bisa fokus, menyelesaikan tugas, dan punya semangat belajar dari dalam dirinya sendiri?

Jika jawabannya belum sepenuhnya, Ayah Bunda tidak sendirian. Banyak orang tua mulai menyadari bahwa kemampuan anak dalam mengatur diri atau yang biasa disebut self-regulation belum sepenuhnya terbentuk. Padahal, keterampilan ini sangat penting untuk mendukung kesuksesan akademik jangka panjang, bahkan untuk kehidupan di luar sekolah.

Nah, salah satu cara yang kini mulai banyak dilirik untuk membantu anak mengembangkan self-regulation adalah melalui homeschooling. Melalui sistem homeschooling yang memfasilitasi anak untuk belajar dari rumah ini dinilai dapat memberi ruang bagi anak kita untuk mengenal ritme belajarnya sendiri, belajar bertanggung jawab, dan mengasah kemandirian secara nyata.

Hubungan Self-Regulation dan Kesuksesan Akademik

Nah, kenapa kita harus menerapkan self-regulation pada anak? Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak yang memiliki kemampuan self-regulation yang baik cenderung lebih sukses secara akademik. Mereka lebih mampu merencanakan, menyelesaikan tugas dengan baik, dan tetap termotivasi meskipun ada berbagai tantangan dalam belajar.

Dalam konteks homeschooling, Ayah Bunda dapat mendukung anak belajar dengan berperan sebagai fasilitator, bukan sebagai guru yang selalu mengontrol. Ayah Bunda bisa mendampingi anak untuk menemukan cara belajar yang paling sesuai dengan dirinya. Ini adalah kesempatan bagi anak untuk belajar bagaimana cara belajar secara mandiri dan bertanggung jawab atas setiap progresnya sendiri.

Tantangan Homeschooling dalam Membangun Self-Regulation

Dibalik segala manfaat yang didapatkan dari sistem homeschooling dan kebebasannya, tidak semua anak dapat langsung beradaptasi dan mengatur dirinya dengan baik. Seringkali, terdapat beberapa tantangan yang muncul dan harus kita hadapi. Beberapa di antaranya adalah:

  • Kurangnya Struktur – Tanpa jadwal yang pasti, anak seringkali merasa bingung atau kesulitan mengatur waktu belajar mereka.
  • Kurang Motivasi Internal – Karena terbiasa dengan sistem reward dan punishment di sekolah formal, anak seringkali merasa kesulitan untuk termotivasi sendiri.
  • Kurangnya Interaksi Sosial – Dengan sistem belajar dari rumah tanpa teman sekelas yang sebaya, anak akan merasa kesepian dan tidak terbiasa dengan teamwork.

Namun, jangan khawatir Ayah Bunda! Semua tantangan ini bisa kita atasi. Homeschooling justru memberikan banyak ruang bagi anak untuk belajar mengembangkan self-regulation mereka dengan pendekatan yang lebih fleksibel. Dengan dukungan yang tepat, anak bisa belajar mengatasi tantangan ini dan berkembang dengan baik.

Bagaimana Program Daring Rutin di SMM Bisa Membantu Membangun Self-Regulation Anak?

Nah, untuk menjawab beberapa tantangan sebelumnya, di sinilah Daring Rutin di SMM hadir. Daring Rutin ini dapat membantu anak untuk belajar dengan cara yang lebih terstruktur namun tetap fleksibel. Program ini dirancang khusus untuk membantu anak mengembangkan self-regulation tanpa kehilangan kebebasan yang menjadi keunggulan homeschooling.

Apa saja sih keunggulan Daring Rutin SMM?

  1. Kelas Online Terjadwal sehingga anak tetap bisa punya rutinitas belajar yang terstruktur, tapi tetap fleksibel dan tidak membosankan.
  2. Interaksi dengan Guru dan Teman Sebaya sehingga anak-anak tetap merasa terhubung dengan teman-temannya dan tidak merasa sendirian dalam proses belajar.
  3. Materi Belajar di Learning Management System (LMS) sehingga anak bisa mengakses materi kapan saja dan belajar sesuai dengan kapabilitasnya.
  4. Learning Kit Interaktif sebagai alat bantu belajar yang menarik, sehingga anak dapat lebih mudah memahami berbagai materi yang diajarkan.
  5. Tatap Muka Rutin & Pameran Karya yang memberi kesempatan bagi anak untuk melatih keterampilan sosial mereka dan membagikan hasil belajarnya dengan teman-teman atau orang tua.

Selain itu, ada juga pilihan program seru lainnya, seperti Kelas Plus Online untuk interaksi lebih intensif dengan guru, Fun Field Trip untuk pengalaman belajar di luar kelas, dan Tatap Muka Tambahan yang bisa mendukung anak untuk belajar berkolaborasi dan mengasah keterampilan komunikasi.

Cara Orang Tua Mendukung Self-Regulation Anak dalam Homeschooling

Dengan belajar dari rumah, Ayah Bunda cukup berperan penting dalam membantu anak mengembangkan self-regulation. Nah, apa saja yang dapat kita lakukan? Ada beberapa cukup banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mendukung anak berproses:

  • Berikan Kebebasan yang Terarah – Ayah Bunda dapat mengajak anak untuk membuat jadwal belajarnya sendiri. Namun, tetap lakukan pengawasan agar mereka tetap on track.
  • Latih Anak untuk Refleksi Diri – Bantu anak untuk menilai perkembangan belajar mereka, mengenali pencapaian yang sudah diraih dan memahami hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki.
  • Jadilah Contoh yang Baik – Anak banyak belajar dari contoh yang Ayah Bunda berikan. Tunjukkan pada anak bagaimana cara mengatur waktu dan menyelesaikan tugas dengan disiplin.
  • Manfaatkan Sumber Daya yang AdaProgram Daring Rutin di SMM dapat menjadi tools yang sangat berguna untuk membantu anak belajar dengan struktur yang jelas, namun tetap memberikan fleksibilitas yang mereka butuhkan.

Sudahkah Ayah Bunda mencoba metode belajar yang membangun self-regulation anak di rumah? Self-regulation dapat menjadi pondasi yang penting dalam kesuksesan akademik anak, terutama dalam homeschooling. Dengan kebebasan untuk belajar di rumah, anak memiliki kesempatan untuk mengatur dirinya sendiri, namun tetap dengan dukungan yang baik dan konsisten dari Ayah Bunda.

Bagaimana Ayah Bunda? Sudah siap membantu anak belajar lebih mandiri dan sukses? Yuk coba program Daring Rutin di SMM dengan segala aktivitas dan program menarik di dalamnya dan bantu anak meraih kesuksesan akademik dengan cara yang lebih terstruktur, percaya diri, dan penuh semangat!

Baca juga: Self-Regulation: Kunci agar Anak Bisa Belajar dengan Lebih Efektif

Categories
Berita Terkini SMM Event Parenting

Highlight BINGKAI Vol.1: Tantangan Disiplin Positif, 5 Tipe Figur Disiplin, Ayah Bunda termasuk Tipe yang Mana?

“Disiplin bukan soal menghukum, tapi soal membentuk karakter.”
— Najelaa Shihab

Halo Ayah Bunda, masih ingatkah dengan inisiatif baru dari SMM yang berjudul BINGKAI Vol 1? Sebuah acara diskusi interaktif SMM bersama Keluarga Kita dengan konsep roadshow ke berbagai kota di Indonesia. Masih dalam serangkaian highlight BINGKAI Vol 1, ada lanjutan pembahasan yang akan kami bagikan dari topik Tantangan Disiplin Positif. Kali ini, pembahasannya akan berfokus pada pengenalan tipe figur disiplin positif.

Apakah Ayah Bunda pernah merasa bimbang saat harus menegur anak? Seperti berada pada situasi yang harus memilih, memberikan kesempatan pada anak untuk belajar tanggung jawab atau ada kekhawatiran akan terlalu keras jika melakukannya, tapi juga terlalu memanjakan jika tidak pernah mengajarkannya? 

Inilah situasi dilema yang telah menjadi isu klasik dalam parenting, serta belum menyadari gaya kita ketika menerapkan disiplin pada anak. Nah, di sesi BINGKAI Vol.1 ini menjadi salah satu topik pembahasan tentang gaya penerapan disiplin kepada anak yang mengerucut pada 5 tipe figur disiplin yang sering muncul dalam pola asuh orang tua.

Melalui artikel ini, kami ingin mengajak Ayah Bunda untuk memahami tipe figur disiplin,  mengenali gaya kita sendiri, dan yang tidak kalah penting adalah melihat bagaimana hal ini bisa berdampak langsung untuk perkembangan anak. Mari kita bahas satu persatu di sini ya.

Mengapa Disiplin Positif itu Penting?

Hal pertama yang sekaligus menjadi fundamental adalah memahami alasan pentingnya pemahaman dan penerapan disiplin positif. Nah, Ayah Bunda bisa langsung membaca pembahasan lengkapnya pada artikel Highlight BINGKAI Vol.1: Tantangan Disiplin Positif, Membangun Self-Regulation Anak Mulai Dari Memahami Sumber Motivasi.

Melanjutkan dari artikel sebelumnya, satu hal yang harus kita sepakati bersama adalah disiplin ini bukanlah bentuk kontrol orang tua kepada anak. Melainkan, proses menanamkan nilai tanpa paksaan atau menakuti anak. Seperti yang disebutkan oleh Psikolog anak dan remaja Dr. Laura Markham (penulis buku Peaceful Parent, Happy Kids), 

“Discipline should be about teaching, not punishing. Children need guidance, not fear.”

Anak yang tumbuh dalam suasana disiplin yang sehat akan belajar mengambil keputusan, bertanggung jawab, dan merasa aman untuk jadi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, penting untuk mempelajari dan menerapkan disiplin positif kepada anak. 

5 Tipe Figur Disiplin dalam Pola Parenting

Setelah kita memiliki pemahaman yang sama terkait disiplin positif, selanjutnya yang perlu Ayah Bunda ketahui adalah setiap orang tua pasti memiliki karakteristik dalam penerapan disiplin kepada anak. Ada yang sifatnya saling melengkapi, tapi ada juga yang kontradiktif satu sama lain. Nah, disinilah pentingnya untuk mengetahui tipe figur disiplin dan bagaimana dampaknya terhadap anak. 

  1. Tipe Penghukum

  2. Pada tipe penghukum, emosi dominan yang ditunjukkan adalah marah. Sehingga dalam mendisiplinkan anak cenderung dilakukan dengan memberikan hukuman. Ketika anak melakukan kesalahan, respons yang muncul biasanya reaktif seperti marah, membentak, bahkan memberikan sanksi langsung tanpa menjelaskan alasannya. 

    Tujuannya memang untuk “menghentikan” perilaku negatif, namun metode ini tidak bisa diterapkan untuk jangka panjang karena dalam tidak menyentuh akar masalah dan justru dapat menimbulkan “masalah” baru, baik untuk orang tua maupun anak. 

    Dampak ke anak:
    Anak jadi takut salah, takut jujur, dan hanya patuh karena tekanan. Dalam jangka panjang, bisa tumbuh menjadi pribadi yang takut mengambil keputusan atau malah memberontak diam-diam.

    “Disiplin berbasis hukuman hanya efektif sementara, tapi tidak menanamkan nilai-nilai yang ingin kita ajarkan.”
    — Jane Nelsen, Positive Discipline

    Sebaiknya…

    Pertanyaan berikutnya, jika memiliki tipe ini bagaimana sebaiknya kita bertindak ketika ingin mendisiplinkan anak? Dalam penerapan disiplin positif, daripada langsung menghukum, sebaiknya ajak anak memahami konsekuensi logis dari tindakannya. 

    Boleh marah, tapi berikan penjelasan dan arahan kepada anak. Ambil jeda sejenak untuk menenangkan diri sebelum merespons anak. Disiplin bukan soal melampiaskan emosi, tapi tentang mendidik dan membentuk karakter.

  3. Tipe Pembuat Rasa Bersalah

  4. Orang tua dengan tipe ini sering merasa bersalah jika anak tidak “berhasil”, dan mengekspresikannya dalam bentuk kalimat pasif-agresif, tekanan emosional, atau ekspresi kecewa yang tidak disampaikan secara terbuka. Biasanya muncul saat orang tua punya standar tinggi terhadap diri sendiri dan anak, lalu tidak terbiasa menunjukkan kelemahan atau ketidaksempurnaan.

    Dampak ke anak:
    Anak menjadi perfeksionis dan takut gagal, tumbuh dengan suara batin yang keras seperti “Aku nggak cukup baik.” Dampak jangka panjangnya adalah bisa mempengaruhi kestabilan emosi anak dan cara mereka melihat dirinya sendiri di berbagai situasi.

    “Guilt is a natural emotion—but when it becomes a tool, it damages the child’s inner voice.”
    — Brené Brown

    Sebaiknya…

    Alih-alih membuat anak merasa bersalah, akui perasaan dan beri ruang diskusi. Tunjukkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Ayah Bunda juga bisa membiasakan dengan afirmasi, “Tidak apa-apa gagal, yang penting kamu belajar,” dan contohkan bahwa orang tua pun bisa salah dan belajar juga.

  5. Tipe Teman Baik

  6. Tipe ini ingin jadi sahabat anak. Baik niatnya, tapi bisa jadi malah salah kaprah karena orang tua menyimpan perasaan takut membuat anak kecewa atau marah, kehilangan kedekatan emosional dengan anak, sehingga enggan memberikan aturan atau konsekuensi. Konsekuensinya, anak tidak belajar struktur dan batasan yang sehat.

    Dampak ke anak:
    Anak cenderung tumbuh tanpa memahami tanggung jawab. Mereka sulit menerima “tidak”, dan tidak terbiasa menghadapi konflik atau batasan sosial yang wajar.

    “Hubungan yang sehat bukan tanpa konflik, tapi mampu melalui konflik bersama.”
    — Najelaa Shihab

    Sebaiknya…

    Ingat, memberi batas itu bentuk cinta juga. Mulailah dengan membuat aturan bersama anak, dan tetap konsisten menjalankannya. Konflik kecil bukan berarti hubungan rusak, justru dari situ anak dapat belajar bernegosiasi dan memahami cara kerja dunia luar.

  7. Tipe Pemantau

  8. Tipe ini cenderung mengontrol, pada tingkat ekstrem akan mengatur, mengawasi, dan menilai setiap aspek hidup anak seperti belajar, makan, tidur, main. Semua ini berasal dari rasa khawatir berlebih bahwa anak akan gagal jika tidak “dibimbing”.

    Dampak ke anak:
    Anak merasa dicintai hanya ketika sukses. Mereka bisa tumbuh dengan kecemasan tinggi, takut salah, atau ketergantungan pada validasi eksternal.

    “Terlalu banyak kontrol bisa mematikan rasa percaya diri dan keingintahuan alami anak.”
    — Daniel J. Siegel, The Whole-Brain Child

    Sebaiknya…

    Ubah pendekatan dari “pengatur” menjadi pemandu, pengarah, dan penasihat. Biarkan anak mengambil keputusan kecil dalam kesehariannya, misal ketika memilih baju, menyusun jadwal belajar, dll. Bangun kepercayaan secara bertahap, dan bantu anak menilai keberhasilan dari proses, bukan hasil semata.

  9. Tipe Penumbuh 

  10. Inilah tipe yang menjadi figur ideal dan sebaiknya kita terapkan untuk parenting.  Figur yang mengajak anak belajar dari kesalahan, menetapkan aturan dengan diskusi, dan memberi ruang eksplorasi dan berkolaborasi. Mereka mengakui bahwa anak adalah individu yang unik dan sedang belajar, sehingga dapat menjaga keseimbangan antara aturan dan kasih sayang, mendorong anak berpikir, bukan hanya taat, dan membangun hubungan dua arah berdasarkan rasa percaya.

    Dampak ke anak:
    Anak tumbuh dengan motivasi internal yang kuat, mampu mengatur emosi, dan tahu bahwa kesalahan bukan hal fatal yang tidak dapat diperbaiki, melainkan kesempatan untuk bertumbuh.

    Empathy doesn’t mean permissiveness. It’s the foundation of effective boundaries.”
    — Dr. Laura Markham

    Oleh sebab itu, kita perlu terus melatih empati dan refleksi, menjadi tempat aman anak untuk bertanya, berbagi, bahkan melakukan kesalahan. Ayah Bunda juga bisa mulai menerapkan penggunaan pertanyaan terbuka seperti, “Menurutmu apa yang bisa dilakukan lebih baik lain kali?” untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kemandirian.

    Jadi, Kita termasuk Tipe yang Mana?

    Sampailah kita pada penghujung artikel, setelah membaca penjelasan di atas, mari kita coba merefleksikan diri untuk mengetahui tipe figur disiplin mana yang paling dominan kita terapkan pada anak. Bagaimana caranya? Ayah Bunda bisa memulainya dengan menjawab 3 pertanyaan dasar berikut. 

    1. Apa emosi pertama yang muncul saat saya mendisiplinkan anak?
    2. Mana gaya komunikasi saya, mengatur, menegur, atau mengajak bicara?
    3. Apakah saya lebih sering bereaksi atau merespon secara sadar?

    Ingat, tujuan dari refleksi ini bukan untuk menyalahkan diri sendiri. Tapi sebagai langkah awal untuk menjadi orang tua yang lebih sadar dan responsif terhadap kebutuhan emosional anak, serta sebagai kesempatan untuk tetap bertumbuh sebagai orang tua yang menjalankan kewajibannya kepada anak. 

    Jadi, Ayah Bunda cenderung masuk ke tipe yang mana nih?

Categories
Berita Terkini SMM Event Parenting

Highlight BINGKAI Vol.1: Tantangan Disiplin Positif, Membangun Self-Regulation Anak Mulai Dari Memahami Sumber Motivasi

Tahukah Ayah Bunda, bahwa sejak tanggal  28 November 2024, Sekolah Murid Merdeka (SMM) merilis inisiatif baru bernama BINGKAI Vol 1. Bincang SMM Bareng Keluarga Kita, sebuah acara yang mengusung konsep roadshow ke berbagai kota sesuai jangkauan lokasi hub SMM, berlangsung selama periode tahun ajaran 2024/2025.  

Acara ini adalah hasil kolaborasi dengan Keluarga Kita, untuk menciptakan BINGKAI sebagai komitmen SMM untuk memberikan dukungan kepada orang tua murid dalam memahami aspek-aspek penting dalam pengasuhan dan pendampingan anak di lingkungannya, termasuk keluarga dan dan sekolah. 

Bukan sekadar bincang biasa, tapi SMM juga melibatkan praktisi pendidikan sebagai narasumber inspiratif, di antaranya Ibu Najelaa Shihab sebagai Founder SMM, Radinka Qiera sebagai Co-founder SMM,  Yason Pranata sebagai Direktur SMM, dan pemateri dari Keluarga Kita sebagai praktisi dalam pengasuhan anak. 

Nah, melalui artikel ini kami ingin membagikan highlight acara yang sudah berlangsung kepada Ayah Bunda yang belum sempat menghadiri roadshow BINGKAI Vol.1 ini. Salah satunya, tentang penerapan disiplin positif dan pengembangan self-regulation untuk mendukung pertumbuhan anak, baik dalam keluarga maupun lingkungan sekolah.

Wah, seperti apa ya materinya? Mari kita simak sampai tuntas artikel ini. 

Tantangan Disiplin Positif pada Anak

Satu hal yang sebaiknya kita sepakati sejak awal adalah pemahaman dasar bahwa disiplin positif bukan hanya soal memberi aturan atau menghukum anak ketika berperilaku buruk. Lebih dari itu, disiplin positif berkaitan dengan pendekatan yang melibatkan empati kita sebagai pihak yang paling dekat dengan anak, pemahaman, serta pemberian contoh yang baik. 

Sayangnya, dalam praktiknya, masih sering kita jumpai secara langsung maupun dari media massa orang tua yang menghadapi tantangan bahkan kurang tepat dalam menerapkan disiplin positif. Mengapa ini bisa terjadi? Mengutip dari penjelasan yang disampaikan oleh narasumber BINGKAI Vol. 1, beberapa hambatan sering bermunculan seiring dengan pengasuhan anak, baik di rumah maupun sekolah, seperti:

  1. Kurangnya Pemahaman tentang Metode Disiplin Positif
    Tidak semua orang tua memahami konsep disiplin positif secara komprehensif. Esensinya, disiplin positif bukan berarti kita menerapkan hukuman untuk mengajarkan kedisiplinan kepada anak. Melainkan, cara kita untuk mengajarkan anak bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, dengan tetap memberikan perhatian pada proses belajar dan perkembangan mereka.
  2. Kesabaran yang Terbatas
    Pengasuhan anak adalah proses panjang yang membutuhkan kesabaran, begitu pula dengan menerapkan disiplin positif sebagai salah satu bagiannya. Lumrah jika dalam prosesnya, kita menjumpai orang tua atau bahkan kita sendiri merasa atau mengeluarkan emosi negatif atas perilaku anak di luar ekspektasi kita sebagai orang tua.

Di sinilah peran kita sebagai orang tua diuji, bagaimana cara kita untuk mengelola emosi dan “menaikkan batas kesabaran” ketika menghadapi perubahan perilaku anak. Utamanya, dalam proses mengenal dan membangun karakter mereka. 

  1. Ekspektasi yang Terlalu Tinggi
    Seperti rahasia umum, kita masih sering menjumpai atau bahkan mengalami sendiri sebagai orang tua yang memiliki ekspektasi terlalu tinggi terhadap perubahan perilaku anak. Misalnya, berharap anak langsung bisa mengikuti aturan tanpa diberi kesempatan untuk belajar dari kesalahan. Padahal, pengembangan disiplin positif melibatkan pemberian ruang bagi anak untuk mengatasi kesalahan mereka dengan cara yang mendidik.
  2. Mispersepsi Anak terhadap Orang Tua
    Siapa yang mengira jika pendekatan reward kepada anak setelah menyelesaikan tanggung jawabnya juga terkadang bisa memicu mispersepsi. Jika dilakukan dalam tahap wajar, tentu ini tidak akan menjadi masalah. Namun, ketika porsinya sudah melebihi batas dan akhirnya membuat anak hanya mau mendengarkan atau menjalankan instruksi selama ada reward, tentu ini bukanlah metode pengasuhan bisa dilanjutkan begitu saja. 

Sebagai orang tua, kita perlu melakukan refleksi dan berbenah. Harapannya, kita bisa menanamkan motivasi internal dan konsep tanggung jawab pribadi kepada anak, tanpa iming-iming yang menjadi ketergantungan kurang baik untuk dampak jangka panjangnya. 

Coba absen dulu, di antara Ayah Bunda pembaca artikel ini, siapa yang pernah mengalami mispersepsi seperti yang disebutkan? Kalau Ayah Bunda salah satunya, pastikan untuk terus membaca artikel ini supaya bisa mendapatkan lesson learned atau solusi untuk mengatasi tantangan ini. 

Sumber Motivasi: Intrinsik vs. Ekstrinsik

Highlight kedua berkaitan dengan pengenalan sumber motivasi anak yang menjadi pemahaman dasar sebelum mempelajari prioritas maupun strategi yang dapat Ayah Bunda terapkan dalam rangka memberikan lingkungan terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. 

Dalam pengasuhan dan pendidikan, motivasi anak menjadi kunci utama dalam proses belajar. Berikut adalah penjelasan dasarnya terkait klasifikasi motivasi anak. 

  1. Motivasi Intrinsik (Internal)
    Motivasi ini datang dari dalam diri anak, yang muncul ketika mereka melakukan sesuatu karena mereka benar-benar ingin melakukannya, bukan karena adanya paksaan atau hadiah dari luar. Anak dengan motivasi intrinsik cenderung lebih mandiri dan memiliki kontrol diri yang baik. Mereka belajar dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dari proses itu sendiri. Motivasi inilah yang akan kita usahakan agar anak dapat memilikinya.
  2. Motivasi Ekstrinsik (Eksternal)
    Motivasi ekstrinsik bergantung pada faktor eksternal, seperti hadiah, pujian, ancaman bahkan hukuman. Ini adalah motivasi yang dipicu oleh sesuatu di luar diri anak, bukan karena mereka merasa tertarik pada aktivitas itu sendiri, yang tidak bisa kita gunkan terus menerus karena akan memberikan dampak buruk untuk jangka panjang. 
  3. Amotivasi (Tanpa Motivasi)
    Anak yang mengalami amotivasi tidak merasa tertarik atau memiliki alasan untuk melakukan suatu tindakan. Kondisi ini biasanya muncul ketika anak merasa tidak ada nilai dalam apa yang mereka lakukan. 

 

Motivasi Mana yang Harus Didahulukan?

Setelah paham tentang klasifikasi motivasi, muncul pertanyaan berikutnya. Manakah yang harus kita dahulukan untuk memberikan pengasuhan terbaik bagi anak? 

Coba kita tarik ke belakang sebentar, tentang miskonsepsi yang sering muncul. Adanya anggapan bahwa motivasi eksternal diperlukan untuk memicu motivasi internal. Sehingga, tidak sedikit orang tua atau pendidik yang memberikan hadiah atau hukuman untuk memicu motivasi internal anak. 

Padahal, ada pendekatan yang lebih efektif, yaitu membantu anak menemukan makna dalam tindakan mereka, sehingga mereka dapat mengembangkan motivasi intrinsik yang kuat. Mengutip dari yang disampaikan pemateri pada BINGKAI Vol.1, 

“Anak-anak dari lahir sudah punya motivasi internal dan otonomi.” 

Artinya, pada dasarnya anak sudah memiliki dorongan untuk belajar dan berkembang, hanya saja mereka membutuhkan pendampingan dan bantuan kita sebagai orang tua untuk menguatkan dan mengarahkan motivasi intrinsik mereka, salah satunya melalui pembelajaran makna di setiap aktivitasnya. 

Baca juga: Self-Regulation: Kunci agar Anak Bisa Belajar Lebih Efektif 

Motivasi Eksternal, Sebuah Kontrol bagai Pedang Bermata Dua

Meskipun memberi hadiah atau motivasi eksternal kadang diperlukan dalam situasi tertentu, terlalu bergantung pada kontrol eksternal ini bisa memberikan dampak kurang baik. Anak yang terbiasa diberikan penghargaan eksternal cenderung menjadi tergantung pada pujian atau hadiah, dan kehilangan rasa kepuasan yang sejati dalam melakukan sesuatu. 

Ini juga bisa menurunkan kemampuan mereka untuk mengembangkan self-regulation, yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dan bertanggung jawab atas tindakan mereka. Sebagai contoh, memberi hadiah uang jika anak berhasil berpuasa sehari bisa jadi hanya menciptakan “zona takut,” di mana anak merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan hadiah, bukan karena merasa nilai dari tindakan tersebut. Hal ini justru menghalangi mereka untuk memahami proses belajar yang sesungguhnya.

Strategi Membangun Disiplin Positif yang Berkelanjutan

Sampailah kita di bagian memilih strategi yang tepat untuk membantu anak mengembangkan self-regulation dan disiplin positif yang berkelanjutan, Bu Najelaa Shihab bersama pemateri BINGKAI lainnya, sepakat bahwa ada banyak strategi yang bisa ktia coba, beberapa di antaranya seperti:

  1. Fokus pada Proses, Bukan Hasil
    Alih-alih hanya memfokuskan anak pada hasil akhir, seperti nilai ujian atau pencapaian lainnya, alangkah lebih baik jika kita memberikan perhatian pada proses belajar yang mereka jalani. Ini akan membantu anak untuk menghargai usaha mereka sendiri, bukan hanya hasil yang dicapai.
  2. Berikan Makna pada Pembelajaran
    Anak yang memahami nilai dari apa yang mereka pelajari cenderung lebih termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk membantu anak menemukan makna dalam setiap tugas atau kegiatan yang mereka lakukan.
  3. Bangun Kepercayaan Diri dan Komitmen
    Memberikan anak kesempatan untuk merasakan kepuasan dari pencapaian yang mereka raih dengan usaha sendiri. Ini dapat membangun rasa percaya diri dan komitmen mereka untuk terus belajar.

Dari BINGKAI Vol.1, Kita Belajar tentang …..

BINGKAI Vol.1 memberikan banyak insight dan pengalaman praktis dari praktisi serta orang tua yang telah mencoba menerapkan disiplin positif dalam pengasuhan mereka. Melalui sesi berbagi pengalaman ini, kami berharap Ayah Bunda dapat saling belajar tentang tantangan dan keberhasilan dalam mendampingi anak, serta mendapatkan inspirasi untuk terus menerapkan pendekatan yang lebih efektif dalam mendidik anak.

Sebagai penutup, Bu Najelaa Shihab kembali mengingatkan bahwa disiplin positif bukan hanya soal mengontrol perilaku anak, tetapi tentang membangun karakter yang mandiri dan bertanggung jawab. Harapannya, orang tua bisa menjadi teladan dan pendamping yang sabar, konsisten, dan penuh kasih dalam proses mendampingi anak.

Karena pada dasarnya disiplin positif adalah pendekatan yang berfokus terhadap pengembangan karakter anak, bukan hanya sekadar mengatur atau mengontrol perilaku mereka. Oleh sebab itu, mempelajari dan mempraktikkan teori ini juga bisa membantu anak untuk mengembangkan self-regulation yang baik, yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan emosional dan sosial mereka dengan lebih baik. 

Categories
Berita Terkini SMM Terbaru

Sekolah Murid Merdeka Terdekat di Kotamu, Daftar Penambahan 11 Lokasi Belajar Baru SMM

Memasuki tahun ajaran 2025/2026, Sekolah Murid Merdeka (SMM) mengumumkan pembukaan 11 lokasi belajar baru di beberapa wilayah di Indonesia. Langkah ini diambil untuk menjawab antusiasme masyarakat yang terus meningkat terhadap model pembelajaran berbasis blended learning di Tanah Air.

Sebagai pelopor sekolah non konvensional di Indonesia, SMM mengintegrasikan pembelajaran daring dan luring dalam metode blended learning. Sejak didirikan pada tahun 2019, SMM hadir sebagai solusi atas tantangan akses terhadap pendidikan berkualitas yang terjangkau untuk semua murid.

Visi inovatif SMM telah dirancang jauh sebelum pandemi melanda. Dengan memanfaatkan teknologi, SMM menciptakan ekosistem pembelajaran yang fleksibel, modern, dan adaptif. Saat pandemi COVID-19 melanda pada Juli 2020, SMM menjadi salah satu institusi yang paling siap menjalankan pembelajaran jarak jauh tanpa hambatan, berkat pondasi blended learning yang telah diterapkan sejak awal berdiri.

Metode pembelajaran yang diterapkan SMM tidak hanya menghadirkan fleksibilitas waktu dan tempat tetapi juga mendorong pengalaman belajar yang lebih personal dan efektif. Dengan tambahan lokasi baru, SMM berkomitmen untuk terus memperluas akses pendidikan berkualitas di seluruh Indonesia.

Lokasi Belajar SMM Baru

Sebelumnya, Sekolah Murid Merdeka (SMM) telah memiliki lebih dari 42 lokasi belajar di berbagai kota di Indonesia, yang dirancang untuk mendukung kebutuhan belajar murid dengan fleksibilitas tinggi, baik secara daring maupun tatap muka. 

Kini, dengan bertambahnya lokasi belajar baru, SMM semakin memperluas jangkauan, menghadirkan akses pendidikan yang lebih mudah dijangkau, sekaligus menciptakan pengalaman belajar yang lebih seru dan inovatif bagi siswa di seluruh penjuru Tanah Air. Berikut adalah daftar 11 lokasi belajar baru SMM yang siap menyambut murid-murid baru:

Lokasi Alamat Lokasi Link Google Maps
SMM Sukajadi – Bandung 3 Jl. Sirnasari No. 4 RT 007/001, Kel. Pasteur, Kec. Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat 40141: Googl Google Maps
SMM Condet – Jakarta Timur 1 Jalan Raya Condet No.12 RT/RW 008/012, Kel. Gedong, Kec. Pasar Rebo, Kota Jakarta Timur 13520 Google Maps
SMM Pajajaran – Bogor 4 Jl. Raya Pajajaran No.96 RT 002/RW 003, Bantarjati, Kec. Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat 16153 Google Maps
SMM Ciledug – Tangerang 3 Jl. Raden Fatah No.20, Sudimara Barat, Kec. Ciledug, Kota Tangerang, Banten 15151 Google Maps
SMM Karawaci – Tangerang 4 Victoria Park Residence Ruko Blok A2-01, Jl. Imam Bonjol RT 001/RW 001, Bojong Jaya, Kota Tangerang 15115 Google Maps
SMM Serpong – Tangerang Selatan 6 Jl. Ciater Tengah No.152, RT 007/RW 006, Kel. Ciater, Kec. Serpong, Kota Tangerang Selatan 15317 Google Maps
SMM Citra Raya – Tangerang 5 Kompleks Citra Raya, Ruko Grand Arcade Blok VB-02 No.47, Mekarbakti, Kec. Panongan, Tangerang 15711 Google Maps
SMM Martadinata – Bandung 2 Graha Kompas Gramedia, Jl. LLRE Martadinata No.46, Kel. Citarum, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung 40115 Google Maps
SMM Palmerah Barat – Jakarta Pusat 1 Kompas Gramedia Building Palbar Lantai 4, Gedung Palmerah Barat 1, Jl. Palmerah Barat No.33-37, Jakarta 10270 Google Maps
SMM Jatibening Baru – Bekasi 3 Ruko Sentra Kota Jatibening Blok D No.17-19, Kel. Jatibening Baru, Kec. Pondok Gede, Kota Bekasi 17412 Google Maps
SMM Grand Wisata – Bekasi 8 Ruko Grand Business Park, GB 1 No.63-65, Jl. Celebration Boulevard, Lambangsari, Kec. Tambun Selatan, Bekasi 17510 Google Maps
SMM Punti Kayu – Palembang 1 Gramedia World Palembang, Jl. Kolonel H. Barlian KM.7 No.48, Suka Bangun, Kec. Sukarami, Kota Palembang 30151 Google Maps
SMM Sam Ratulangi – Manado 1 Gramedia Manado Sam Ratulangi, Jl. Sam Ratulangi No.45, Ranotana Sario, Kec. Wenang, Kota Manado 95111 Google Maps

Sekolah Murid Merdeka (SMM) berkomitmen menghadirkan pengalaman belajar terbaik melalui kurikulum terpersonalisasi yang terakreditasi, rapor berbasis kompetensi dengan evaluasi rutin pada 12 kompetensi utama, serta teknologi Blended Learning Management System yang canggih dan mudah diakses.

Dengan metode pembelajaran inovatif, kombinasi kelas daring dan tatap muka, serta bimbingan guru berpengalaman, SMM siap memenuhi kebutuhan belajar anak dari berbagai karakter. Anak tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi juga kompetensi untuk tumbuh percaya diri, tangguh, dan siap menghadapi tantangan masa depan demi mencapai versi terbaik dirinya.

Tertarik untuk merasakan langsung metode pembelajaran yang fleksibel dan berbasis teknologi? Langsung cek jadwal Grand Opening dan Open House di instagram atau daftar sekarang di website SMM ya! 

Categories
Berita Terkini SMM

Event Puncak Festival Murid Merdeka (FMM) 2024, Tunjukkan Bakatmu!

Kawan Sekolah Murid Merdeka pasti sudah tidak asing dengan festival karya yang diadakan SMM setiap tahunnya. 2023 lalu SMM sukses menggelar La Muda Fest yang menampilkan pertunjukkan seni tari hingga drama musical. Tahun ini, kembali hadir Festival Murid Merdeka (FMM) 2024 dengan tema Melodi Lestari Sumatera. 

Festival Murid Merdeka (FMM) merupakan event pendidikan berupa sebuah perayaan proses belajar kawan murid PAUD-SMA SMM yang diadakan setiap tahun. Tidak hanya dijalankan oleh tim SMM, FMM melibatkan seluruh tim dari Sekolah.mu. Tahun 2024 ini, sebagai salah satu bagian dari jelajah nusantara, tema yang akan diusung adalah Melodi Lestari Sumatera.

Acara Festival Murid Merdeka (FMM) akan diadakan di beberapa wilayah, seperti Jawa Timur, Bandung, Jawa Tengah, Medan, Denpasar, dan acara puncaknya akan diadakan di Jakarta pada 20 Juni 2024. Festival pendidikan 20024 ini akan menjadi wadah bagi seluruh kawan murid untuk menampilkan bakat menari, bernyanyi, bermain peran, bermusik, dan pameran karya seni. 

Untuk teman-teman yang ingin ikut dalam ajang perayaan Festival Murid Merdeka 2024 dan menunjukkan bakat terbaiknnya, kalian bisa cek informasi lengkap di akun Instagram @festivalmuridmerdeka , @sekolahmuridmerdeka ,dan @sekolah.mu. 

Syarat dan batas waktu submit karya maupun penyelenggaraan FMM pada masing-masing wilayah bisa berbeda. Berikut jadwal pelaksanaan Festival Murid Merdeka di beberapa wilayah:

  • Bandung: 09 Juni 2024 di Teater Tertutup Dago Tea House
  • Jawa Timur: 01 Juni 2024 di Gedung Kesenian Cak Durasim Surabaya
  • Jawa Tengah: 01 Juni 2024 di Auditorium RRI Semarang
  • Medan: 08 Juni 2024 di SMM Gajah Mada – Medan 1 Jalan Gajah Mada no.28
  • Denpasar: 08 Juni 2024 di SMM Denpasar Timur – Denpasar 1 Jln. Prof. Moh. Yamin No.2A, Panjer, Denpasar
  • Jakarta: 20 Juni 2024 tiketnya bisa dibeli di loket.com

Cek jadwal terbaru dan penutupan pendaftaran submit karya para murid selengkapnya di akun Instagram resmi Festival Murid Merdeka.

Ada Apa Saja di Festival Murid Merdeka 2024?

Tahun 2024, sebagai salah satu bagian dari jelajah nusantara, FMM akan mengusung tema “Melodi Lestari Sumatera”. Dalam festival ini akan ada banyak acara menarik yang bisa kamu saksikan, di antaranya seperti:

  • Pementasan Teater Melodi Lestari Sumatera. Merupakan pementasan teater yang menceritakan tentang perjalanan Deka dan Meri mengelilingi pulau Sumatera dengan mengangkat kearifan lokal, isu sosial, dan lingkungan di Sumatera. 
  • Pameran Booth dan Proyek Sumatif Kawan Murid. Pameran karya sumatif serta aktivitas dari kawan murid secara langsung kepada pengunjung melalui booth yang tersedia baik di FMM Jabodetabek maupun regional 
  • Gallery Exhibition Karya Kawan Murid. Pameran yang menampilkan karya kawan murid di FMM 2024 dengan tema Melodi Lestari Sumatera
  • Lomba Jelajah Nusantara. Berbagai lomba daring seputar kekayaan Sumatera dan tantangan-tangan seru yang tidak boleh dilewatkan
  • Panggung Merdeka Kawan Murid SMM. Menjadi panggung untuk kawan SMM yang ingin menampilkan bakat dan minat mereka dalam kesenian baik individu maupun kelompok

Jangan lewatkan acara Festival Murid Merdeka 2024 #SemuaAnakBisaBerkarya dengan membeli tiket acara di akun Loket.com atau melalui Kepala SMM terdekat. Ikuti terus informasi dan update melalui instagram Festival Murid Merdeka, ya! -RDRP-