Categories
Parenting Terbaru

Tips Parenting Anak, Memahami Pentingnya Belajar Mandiri dan Berani sejak Dini

Bukan hal baru dalam parenting, ketika Ayah Bunda tergerak untuk membantu anak di setiap gerak-geriknya. Ada banyak alasan yang beragam di balik ini, misalnya khawatir jika anak melakukan kesalahan atau untuk alasan keamanan, bisa juga karena merasa bahwa anak terlalu kecil untuk melakukan sesuatu, dll.

Perasaan khawatir dan cemas itu memang baik untuk kita miliki sebagai orang tua, namun kita juga harus tahu batasannya. Dalam fase tumbuh kembang anak, ada rentang usia yang sebaiknya kita gunakan untuk mulai mengajarkan mandiri dan berani (dengan pengawasan orang tua) kepada anak.

Kenapa ini penting? Anak tidak selamanya berada dalam pengawasan kita selama 24/7, mereka juga akan memasuki fase bermain bersama temannya, melihat lingkungan yang lebih luas dan variatif selain di rumah, atau untuk bersekolah. Oleh sebab itu, akan lebih baik jika Ayah Bunda bisa mulai mengajarkannya dari hal terkecil sejak dini.

Parenting Anak: Pentingnya Belajar Mandiri dan Berani sejak Dini

Mengembangkan kemandirian pada anak merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Ketika Ayah Bunda memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanggung jawab dan membuat keputusannya sendiri, artinya kita telah membantu anak untuk membangun rasa percaya dirinya.

Dari tadi ngomongin tugas, tanggung jawab, dan mandiri, contohnya gimana sih? Oke, mari kita simak contoh ini. Ketika anak memasuki usia 4-5 tahun, biasanya ada yang mulai dimasukkan ke dalam pre school, kelas mengaji sore, dll. Nah, aktivitas yang dilakukan di luar rumah ini tentu tidak bisa diawasi oleh Ayah Bunda secara utuh, sehingga ada banyak hal yang sebaiknya bisa dilakukan anak sendiri.

Misalnya, anak tidak menangis ketika ditinggal untuk mengikuti kelasnya, anak bisa melepas dan memasang kaos kakinya, anak mengenali dan bertanggung jawab atas barang miliknya, dll. Bukankah hal mendasar seperti ini harus kita ajarkan sedini mungkin supaya anak cepat terbiasa?

Apalagi ada banyak dampak baik yang bisa Ayah Bunda berikan kepada mereka ketika mengajarkan tanggung jawab, mandiri, dan berani sejak dini. Mari kita simak beberapa dampak baiknya berikut ini.

  1. Menumbuhkan motivasi dan percaya diri anak

Ketika anak sedang belajar untuk melakukan tugasnya secara mandiri, mereka mengambil tanggung jawab penuh atas proses belajar mereka sendiri. Hal ini dapat meningkatkan motivasi intrinsik dan membangun rasa percaya diri anak karena mereka merasa memiliki kendali dan dapat mengatasi tantangan yang dihadapi.

  1. Lebih kreatif dan aktif mencari sumber belajar

Belajar secara mandiri dapat membuat anak menjadi aktif mencari sumber belajar yang relevan dalam menyelesaikan tugas dengan kreativitas mereka sendiri. Mereka akan mengeksplorasi dan mencari informasi materi secara mandiri dan hal ini menjadi keterampilan yang sangat berharga dalam kehidupan sehari-hari khususnya lagi bagi masa depan anak.

  1. Semakin baik dalam mengenal diri sendiri

Ketika anak diberikan kebebasan dan tanggung jawab dalam eksplorasi maupun belajar, mereka memiliki kesempatan untuk mengenali kelebihan, minat, dan gaya belajar mereka sendiri. Tentu saja peran Ayah Bunda juga masih dibutuhkan di sini, karena bisa membantu untuk memberikan arahan yang tepat setelah mengamati perkembangan dan potensi anak.

Namun yang perlu digaris bawahi, ketika anak bebas bereksplorasi lalu bisa mengenal diri sendiri lebih baik, artinya mereka akan lebih mudah dan termotivasi dalam belajar karena bisa menemukan minatnya dengan gaya belajar yang paling nyaman.

  1. Meningkatkan prestasi akademik

Pembelajaran yang mandiri juga dapat berdampak positif pada prestasi akademik. Ketika anak belajar secara mandiri, mereka belajar untuk mengatur waktu, mengorganisir materi, dan menyelesaikan tugas-tugas secara penuh tanggung jawab. Hal ini dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan manajemen diri dan meningkatkan efisiensi belajarnya. Dalam jangka panjang, hal ini dapat membantu anak dalam mencapai prestasi akademik yang lebih baik.

Mengajarkan tanggung jawab, mandiri, dan berani pada anak bukan artinya kita melepaskan peran sebagai orang tua. Melainkan kita juga belajar untuk mengubah sudut pandang ketika bersama anak. Belajar untuk memberikan mereka lebih banyak ruang bereksplorasi, mempercayai mereka, dan bisa bersikap sebagai teman yang siap sedia untuk memberikan arahan.

Bagaimana Cara Menumbuhkan Kemampuan Belajar Mandiri sejak Dini

Lalu, bagaimana cara mengajari anak tentang sikap mandiri? Mengajarkan hal ini pada anak memang membutuhkan pembiasaan. Ayah dan Bunda bisa mencoba cara-cara berikut ini untuk membiasakan anak untuk bersikap mandiri dalam kehidupannya sehari-hari.

  1. Lakukan pengamatan sebelum memutuskan campur tangan

Sadar atau tidak sadar, campur tangan orang tua memang bukan hal yang mudah untuk dipisahkan ketika berurusan dengan anak. Apalagi jika berkaitan dengan tindakan anak yang dinilai kurang tepat bagi orang tua.

Padahal, setiap tindakan anak bisa jadi bagian dari proses pembelajaran mereka. Oleh sebab itu, Ayah Bunda perlu melakukan pengamatan terlebih dahulu ketika anak melakukan tindakan yang mungkin kurang tepat bagi Ayah Bunda. Pengamatan ini dilakukan sebelum mengambil keputusan, apakah bisa campur tangan atau biarkan mereka menyelesaikannya sendiri namun tetap memberikan bantuan tidak langsung untuk membantu anak menemukan solusinya.

  1. Memberikan penjelasan lengkap kepada anak

Sebelum memberikan instruksi atau larangan ini itu, ada baiknya jika Ayah Bunda memberikan pemahaman utuh kepada anak. Misalnya, sebelum melarang anak bermain apabila tugasnya belum selesai,  Ayah Bunda bisa memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tugas dan tanggung jawab mereka. Atau menggunakan konsep reward, bahwa permainan adalah reward yang bisa didapatkan setelah menyelesaikan kewajibannya untuk mengerjakan tugas, dll.

  1. Memberikan kebebasan untuk memilih pada anak

Memberikan anak kebebasan dalam hal-hal kecil seperti memilih pakaiannya, membantu anak untuk mengatur jam belajar atau bermainnya, dll. Tentu saja, kebebasan ini tetap membutuhkan pengawasan dan arahan supaya bisa memaksimalkan potensi anak dengan lebih baik.

Selanjutnya, setelah memberikan kebebasan, jangan lupa untuk menunjukkan empati terhadap anak. Apalagi proses ini bukan hal yang mudah dan tidak bisa dilakukan dalam semalam. Jadi, penting bagi orang tua untuk tidak memarahi atau merendahkan anak bahkan jika mereka gagal melakukan tugas yang sederhana. Dukung dan bantu anak saat mereka membutuhkan bantuan tanpa membuat mereka merasa tertekan.

  1. Mengajarkan cara memecahkan masalah secara mandiri

Awali dengan memberikan penjelasan secara utuh, bantu anak untuk melihat situasinya secara lengkap, jelaskan bahwa mereka bertanggung jawab untuk tindakan yang dilakukan, kemudian berikan arahan dan dukungan untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.

Ketika anak melakukan tugas dengan baik secara mandiri, jangan ragu untuk memberikan pujian dan penghargaan. Feedback yang positif sangat penting dalam membentuk kepribadian anak dan validasi dari orang tua agar anak dapat termotivasi untuk semakin menyadari tanggung jawabnya sebagai anak dan meningkatkan percaya dirinya.

  1. SMM Pilihan Yang Tepat Sebagai Wadah Belajar Mandiri Anak!

Ketika memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar secara mandiri, penting bagi kita untuk memperhatikan segala aspek agar kesempatan yang diberikan kepada anak agar dapat memberikan impact yang menyenangkan dan memberikan pengalaman baru dalam belajar. Metode belajar masa kini sekarang harus dapat mengikuti perkembangan zaman dan didesain agar pembelajaran dapat memberikan suatu experience yang menyenangkan serta memfasilitasi eksplorasi minat dan ketertarikan anak.

Sekolah Murid Merdeka (SMM) menjadi solusi paling tepat agar anak dapat mengeksplorasi diri dengan cara yang asik, menyenangkan, dan berkualitas. Di SMM, anak akan diberikan kesempatan untuk mengeksplor secara mandiri agar anak menemukan keinginan dan minat dalam mengetahui suatu bidang tertentu. SMM mempunyai kurikulum berbasis kompetensi masa depan yang terintegrasi digital. Dengan profil pelajar yang merdeka belajar, merdeka berkolaborasi, dan merdeka berkarya murid akan memiliki pengalaman belajar yang fleksibel dan mendorong diri anak agar dapat belajar secara mandiri.

SMM menjadi solusi pendidikan terbaik untuk murid melalui pengalaman belajar yang seru dan menarik. Desain pembelajaran yang menggunakan kombinasi bahan ajar digital seperti video pembelajaran dan games interaktif juga learning kit non digital yang siap digunakan anak secara langsung, serta proyek akhir yang inovatif menambah pemahaman dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Tambahan informasi, pendaftaran tahun ajaran 2025/2026 SMM sudah dibuka loh, Ayah Bunda bisa langsung daftar secara online atau datang ke lokasi SMM terdekat dari rumah, atau coba dulu kelas gratisnya. Ayah Bunda juga bisa mendapatkan informasi selengkapnya dengan melihat jadwal pendaftaran atau promo menarik melalui akun instagram SMM.

Sampai jumpa di kelas SMM!

 

Categories
Parenting Terbaru

Kasus Bullying pada Anak di Sekolah Tinggi, Homeschooling Bisa Jadi Pilihan Terbaik

Perundungan atau bullying menjadi salah satu kasus yang banyak terjadi di lingkungan sekolah. Bukan hanya berupa penindasan fisik, tetapi bully juga bisa berbentuk verbal hingga psikologis. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran untuk orangtua, khususnya yang menyekolahkan anak mereka di sekolah umum.

Kasus bullying umumnya memang lebih tinggi terjadi pada sekolah formal, di mana terdapat lebih banyak siswa dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Melihat adanya fenomena tersebut, banyak dari orangtua murid akhirnya turut mempertimbangkan private school atau homeschooling untuk metode belajar buah hati mereka.

Pasalnya, sistem pendidikan homeschooling dinilai lebih efektif dalam mencegah terjadinya perundungan di lingkungan sekolah. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai fakta kasus bullying di Indonesia dan peran homeschooling untuk mencegah tindakan tersebut.

Data Kasus Bullying di Indonesia

Menurut data yang dihimpun oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), kasus bullying menjadi isu yang cukup mengkhawatirkan di lingkungan sekolah. Data mencatat setidaknya ada 1,478 kasus bullying dilaporkan. Angka ini meningkat tajam jika dibanding tahun-tahun sebelumnya 266 kasus bullying yang dilaporkan pada tahun 2022, sebelumnya lagi yang hanya mencapai 53 kasus pada 2021 dan 119 kasus pada 2020.

Terbaru, data FSGI menunjukkan terdapat setidaknya 30 kasus perundungan sepanjang 2023. Di mana sebanyak 80% kasus ini terjadi di sekolah yang dinaungi oleh Kemendikbud Ristek dan 20% di sekolah yang dinaungi Kementerian Agama.

Berdasarkan persebaran wilayah, sekolah di daerah Jawa Timur menjadi wilayah paling banyak dilaporkan terkait kasus bully. Diikuti oleh Jawa Barat di posisi kedua, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta di posisi ke-4. 

Jenis bully yang dialami oleh anak-anak di sekolah pun beragam. Terbanyak ditemukan kasus bullying fisik hingga 55,5% diikuti dengan bullying verbal 29,3% dan bullying psikologis mencapai 15,2%. Tingkat bully paling banyak terjadi pada jenjang pendidikan SD yang mencapai 26%, diikuti jenjang SMP 25% dan siswa SMA mencapai 18,75%.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),  mayoritas siswa yang mengalami bully di sekolah didominasi oleh siswa laki-laki. Persentase kasus perundungan pada siswa laki-laki tertinggi terjadi pada murid di jenjang SMP, SD, dan terendah pada siswa SMA. Melihat kasus bully yang tinggi di Indonesia, peran guru dan pengawasan segenap masyarakat sekolah sangat dibutuhkan. 

Homeschooling Disebut Dapat Menjadi Solusi Kasus Bully di Sekolah Formal

Meski tidak sepenuhnya dipastikan bebas dari kasus bully di sekolah, namun homeschooling memang dapat menjadi salah satu solusi untuk para orangtua yang ingin anaknya mendapatkan pendidikan penuh tanpa perlu khawatir mengalami perundungan.

Ada beberapa alasan mengapa private school seperti homeschooling minim kasus perundungan, yakni di antaranya karena:

1. Lingkup kelas yang kecil

Jumlah murid homeschooling tidak sebanyak sekolah formal pada umumnya. Bahkan, ada beberapa siswa yang fokus dibimbing secara pribadi, tanpa harus bersekolah dengan teman-teman lainnya. Hal ini memberikan manfaat pengawasan yang lebih ketat pada setiap siswa.  

Pengawasan yang lebih ketat dapat mencegah terjadinya perundungan. Karena sebagian besar penindasan cenderung terjadi di tempat yang mempunyai kelompok atau mayoritas golongan tertentu dengan pengawasan yang rendah.

2. Teknologi lebih canggih

Umumnya, sekolah swasta biasanya dilengkapi dengan teknologi dan peralatan terkini, sehingga lingkungan sekolah dan fasilitas teknologi akan lebih diawasi dengan ketat. Hal ini dapat mencegah terjadinya perundungan, baik di lingkungan sekolah maupun melalui social media.

Penggunaan perangkat lunak penyaring pada komputer, misalnya, dapat menghentikan cyberbullying.

Beberapa sekolah mengatasi masalah ini dengan memasang kamera TV Sirkuit tertutup di seluruh sekolah dan properti sekitarnya.

3. Lebih fleksibel untuk dievaluasi

Seperti kita tahu bahwa homeschooling merupakan metode belajar yang mengedepankan kolaborasi aktif antar orangtua, guru, dan siswa. Orangtua bisa turut memilih tenaga pendidik hingga sistem pembelajaran yang akan diterapkan. 

Orangtua bisa memilih lingkungan yang tepat untuk anak mereka. baik filosofi, budaya, agama, dan kebutuhan akademisnya. Oleh karena itu, siswa lebih mungkin untuk menyesuaikan diri dengan populasi siswa lainnya yang memang memiliki latar belakang dan budaya yang sama.

Adanya kesamaan ini bisa mengurangi tindakan bully di sekolah. Misalnya, seorang anak berbakat mungkin dikucilkan oleh pelaku intimidasi di sekolah negeri, di mana dia adalah satu-satunya anak berbakat di kelas tersebut. 

Namun, di sekolah swasta yang program akademiknya berfokus pada anak-anak berbakat, ia lebih cenderung berbaur dengan teman-teman sekelasnya, sehingga kasus perundungan kemungkinan kecil terjadi.

Pilih Homeschooling di Sekolah Murid Merdeka (SMM)

Jika tertarik ingin mencoba metode belajar homeschooling, salah satu rekomendasi terbaiknya adalah di Sekolah Murid Merdeka (SMM). Ini merupakan sekolah blended learning pertama di Indonesia yang didukung oleh pembelajaran kontekstual, guru berkompeten, dan peningkatan kompetensi diri. 

Semua tenaga pengajar yang ada di SMM memiliki kualitas dan keahlian terbaik. Bukan hanya mengajarkan berbagai materi pelajaran, setiap tenaga pendidik juga turut aktif dalam melakukan pengawasan, baik pada kemampuan akademik maupun karakter siswa. 

Belum lagi, metode pengajaran terpersonalisasi yang ada di SMM membuat anak-anak belajar sesuai dengan kemampuan mereka dan fokus untuk mengembangkan keahlian individu. Sehingga, adanya kemungkinan pembullyan minim terjadi. 

SMM menerapkan perpaduan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Kompetensi Masa Depan agar anak mempunyai cara belajar sesuai minat dan bakatnya. Orangtua bisa mendaftarkan anak untuk ikut kelas daring rutin maupun kelas tatap muka. 

Untuk tahu lebih lanjut seputar metode belajar dan sistem pendidikan Sekolah Murid Merdeka (SMM), kamu bisa konsultasi langsung di website berikut ini Homeschooling Sekolah Murid Merdeka. -RDRP-

Categories
Parenting Terbaru

Ini Pentingnya Mengajarkan Etika Sopan Santun pada Anak

Usia di bawah 5 tahun menjadi waktu yang tepat untuk orang tua melatih dan mengajarkan anak pada banyak kebiasaan baik. Ini termasuk disiplin, mengelola emosi, mengatasi rasa sedih, menunjukkan sikap empati, bersikap mandiri, bersosialisasi, dan tak ketinggalan, etika sopan santun. Bukan tanpa alasan, semua hal tersebut akan menjadi bekal anak untuk menghadapi berbagai situasi dan karakter orang lain di masa remaja dan dewasanya nanti. 

Pentingnya Mengajari Anak Etika Sopan Santun Sejak Dini

Etika Sopan Santun

Lalu, mengapa etika sopan santun jadi salah satu hal yang harus diajarkan pada anak sedini mungkin? Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup berdampingan dan membutuhkan bantuan orang lain. Bahkan, melakukan interaksi sosial menjadi kebutuhan manusia untuk dapat menjaga kesehatan mentalnya. Supaya sosialisasi dan interaksi dengan orang lain terjalin baik, tentu dibutuhkan etika, tata krama, dan sopan santun.

Tujuan utama dalam mengajarkan anak etika sopan santun adalah supaya keterampilan sosial anak menjadi lebih berkembang. Selain itu, etika dan sopan santun akan memudahkan anak saat berinteraksi dengan orang lain, serta anak dapat memperlakukan orang lain dengan rasa hormat. Nah, di usianya yang masih belia, anak lebih mudah dilatih kebiasaan baik karena ia masih memproses semua hal baru dan belum mengerti mana yang benar dan mana yang kurang tepat dilakukan. 

Cara Mengajari Anak Etika Sopan Santun

Etika Sopan Santun

Meski begitu, mengajari anak etika sopan santun tetap saja tidak mudah dilakukan. Sebagai langkah awal, Anda bisa memulainya dengan melakukan beberapa hal berikut ini.

  • Bicara dengan Lembut

Mulailah dengan membiasakan untuk berbicara dengan lembut dan tidak berteriak di rumah. Dekati anak ketika Anda hendak berbicara, dan sebisa mungkin untuk mengajak anak dalam percakapan ringan tentang aktivitas sehari-hari. Gunakan kata-kata yang sopan dan tidak bermakna kasar, sehingga anak akan menirukan hal yang sama ketika berbicara dengan orang lain nantinya. 

  • Berikan Contoh

Anak yang memiliki etika sopan santun pasti dibesarkan di lingkungan yang mendukung adanya sikap tersebut, terutama di keluarganya. Ketika berusia 2 hingga 4 tahun, anak akan memasuki fase senang meniru, baik itu perilaku, sikap, emosi, dan perkataan dari orang lain yang dilihat dan didengarnya. 

Jadi, apabila Anda ingin memiliki anak dengan sikap sopan dan beretika, sedangkan Anda sendiri tidak memberikan contoh bagaimana melakukannya, maka jangan berharap anak akan tumbuh menjadi pribadi yang Anda inginkan. Pasalnya, mendidik anak paling efektif yaitu dengan memberikan teladan dan contoh nyata di rumah. 

  • Koreksi dan Apresiasi Usahanya

Jangan pernah bosan mengoreksi atau memberikan nasihat pada anak apabila ia menunjukkan sikap yang tidak menyenangkan kepada orang lain. Hindari memarahi atau bahkan menghukum anak di depan umum karena hal tersebut bisa berdampak negatif pada perkembangan kesehatan mentalnya. 

Tetap beri tahu anak dengan kata-kata dan nada bicara yang lembut. Jaga kontak mata tetap sejajar dengan anak dan sentuh bahunya ketika Anda sedang memberikan arahan yang tepat. Jadi, anak tidak terkesan seperti dimarahi oleh orang tuanya. Sementara itu, jangan lupa untuk memberikan pujian apabila anak berhasil menunjukkan etika sopan santun ketika berinteraksi dengan orang lain. 

  • Biasakan untuk Mengucapkan 3 Kata Ajaib

Cara paling efektif untuk mengajarkan etika dan sopan santun pada anak adalah membiasakan anak memakai 3 kata ajaib dalam berbagai aktivitasnya, yaitu terima kasih, tolong, dan maaf. Apabila anak melakukan kesalahan, ajarkan untuk meminta maaf. Jika ia menginginkan sesuatu, biasakan untuk meminta tolong. Lalu, apabila ia telah mendapatkan bantuan atau diberi sesuatu, ajarkan untuk selalu mengucap terima kasih. 

Ajari secara konsisten dan ingatkan apabila anak lupa mengucapkan 3 kata ajaib tersebut. Lama-kelamaan, anak pun menjadi terbiasa untuk meminta tolong, berterima kasih, dan minta maaf dalam berbagai kondisi ketika bersosialisasi dengan orang lain di luar rumah. 

  • Gunakan Sapaan yang Baik dan Santun

Terakhir, ajari anak untuk menggunakan sapaan yang baik dan santun. Misalnya memanggil kakak, om, tante, paman, bibi, kakek, atau nenek untuk orang-orang yang lebih tua dan menggunakan sapaan adik untuk orang yang lebih muda usianya darinya. 

Kunci penting dalam melatih anak memiliki etika sopan santun dan rasa hormat adalah disiplin dan konsisten. Jangan lupa untuk meminta dukungan pasangan sehingga Anda lebih mudah mengajari anak melakukan hal-hal yang positif. Eksplor & ketahui lebih lanjut program Sekolah Murid Merdeka!

Semoga bermanfaat.

Categories
Parenting Terbaru

Ibu, Ini 5 Cara agar Anak Mau Belajar Tanpa Harus Dipaksa

Sebagai orang tua, tentu Anda memiliki harapan supaya anak lebih rajin dalam belajar sehingga bisa mendulang prestasi di bidang akademiknya. Terlebih dengan stigma masyarakat yang sering kali menjadi kecerdasan sebagai patokan keberhasilan dan kesuksesan. Mau tidak mau, orang tua akan semakin menuntut anak untuk mau belajar. 

Meski demikian, terkadang kemauan orang tua justru menimbulkan tekanan dan paksaan untuk anak. Alhasil, bukannya mau dan lebih rajin, anak justru menjadi lebih malas belajar. Bahkan, bukan tidak mungkin anak akan merasa stres setiap kali belajar. Lalu, bagaimana orang tua menyikapi hal ini?

Bagaimana Cara Agar Anak Mau Belajar Tanpa Paksaan?

Cara agar Anak Mau Belajar

Membuat anak mau belajar secara sukarela bisa menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian besar orang tua. Tak jarang, anak justru semakin menolak belajar yang membuat orang tua lepas kendali dan marah. Jika Anda mengalaminya, coba lakukan beberapa cara berikut ini supaya anak mau belajar tanpa harus dipaksa. 

  • Berikan Apresiasi saat Berhasil

Anak suka dipuji dan diapresiasi yang bisa menjadi cara agar anak mau belajar tanpa harus dipaksa. Jangan sungkan untuk memberikan apresiasi dan pujian atas pencapaian atau keberhasilan anak. Bahkan, berikan penghargaan atas usaha yang dilakukannya meski ia salah saat menjawab pertanyaan. Namun, jangan sampai lupa untuk memberikan jawaban yang benar. Dengan begitu, anak menjadi lebih percaya diri dan semangat ketika waktu belajar berikutnya.

  • Berikan dukungan dan Motivasi

Bagi anak, bermain tentu menjadi aktivitas yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan belajar. Nah, di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan. Berikan dukungan dan motivasi pada anak setiap saat sehingga anak selalu menantikan waktu belajar. Jika memang perlu, temani anak ketika ia sedang belajar. Jadi, Anda bisa mengetahui semua pendapat anak dan membantu mencari jawaban apabila anak menemukan soal yang tidak diketahuinya. 

  • Menawarkan Empati saat Anak Gagal

Terkadang, anak tidak selalu mendapatkan keberhasilan. Tidak masalah, karena kegagalan membuatnya tahu bahwa terkadang anak harus mencoba lebih keras lagi nantinya. Sebagai orang tua, berikan empati terhadap kegagalan yang anak alami. Berikan dukungan dan semangat untuk membesarkan hatinya, sehingga anak tidak menyerah dan mau terus berusaha. Sebab, saat mengalami kegagalan, tidak ada yang lebih baik bagi anak daripada pelukan hangat dan motivasi dari ayah dan ibunya. 

  • Buat Belajar Jadi Menyenangkan

Sering meluapkan emosi atau marah saat menemani anak belajar menjadi tindakan yang bisa mengakibatkan anak semakin malas belajar. Sebab, baginya, situasi belajar menjadi sangat tidak menyenangkan. Bisa jadi, anak justru menjadi takut setiap Anda memintanya untuk belajar. Alih-alih marah dan selalu emosi saat meminta anak belajar, Anda bisa mencoba membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sebagai cara agar anak mau belajar

Bagaimana caranya? Tidak sulit, kok. Anda dapat mengizinkan anak untuk bermain di sela waktu belajarnya. Misalnya, beristirahat selama 10 menit saat belajar yang bisa digunakan untuk melakukan hal yang disukainya. Dengan begitu, anak akan mendapati bahwa ia tetap dapat bermain meski sedang belajar dan membuatnya jadi lebih menyukai aktivitas ini.

  • Ikuti Gaya Belajar Anak

Anak tidak betah belajar dengan duduk di kursi dan di hadapan meja? Mungkin memang bukan begitu gaya belajar anak. Perlu diingat bahwa perkembangan zaman dan teknologi membuat terjadinya pergeseran kebiasaan. Belum lagi dengan pesatnya perkembangan teknologi dan digital yang membuat semua hal sekarang menjadi semakin mudah dilakukan. 

Coba perhatikan, apakah anak lebih nyaman belajar sambil mendengarkan musik? Atau, apakah anak lebih mudah memahami materi pelajaran dengan bantuan video? Cara agar anak mau belajar satu ini sayangnya tidak banyak diterapkan oleh orang tua. Alhasil, anak tidak menemukan kenyamanan saat belajar dan menjadi tertekan.

Sebisa mungkin, hindari memarahi atau bahkan menggunakan kekerasan pada anak yang tidak mau belajar. Sebab, hal itu justru membuatnya semakin malas dan merasa belajar adalah suatu hal yang terpaksa harus dilakukannya agar orang tuanya tidak marah-marah. Pastinya, sabar, disiplin, dan pantang menyerah akan menjadi langkah terbaik saat Anda menerapkan cara agar anak mau belajar di rumah. Eksplor lebih lanjut program Sekolah Murid Merdeka dengan unduh booklet untuk mengetahui lebih dalam tentang program, metode belajar, praktik belajar, kurikulum, dan segala informasi lainnya tentang SMM!

Categories
Parenting Terbaru

5 Manfaat Mengajarkan Anak Cara Bersosialisasi Sejak Dini

Ketika berada pada rentang usia 1 sampai 3 tahun, rasa ingin tahu anak akan semakin besar. Anak akan menyentuh apa saja, memegang, bahkan memasukkan benda baru ke dalam mulutnya. Namun, Anda pasti menyadari bahwa pada usia tersebut, anak masih takut untuk berinteraksi dengan orang lain, terlebih orang yang baru ia temui pertama kali. 

Sebenarnya, keengganan anak untuk berinteraksi dengan orang baru menjadi bentuk peningkatan rasa waspada. Meski begitu, bukan berarti hal ini juga harus dibiarkan. Anda perlu mengajari cara bersosialisasi pada anak sehingga anak dapat menentukan sikap yang tepat saat bertemu dengan teman, orang tua, atau orang asing.

Manfaat Mengajarkan Cara Bersosialisasi pada Anak

Cara Bersosialisasi

Tak hanya membuat anak tidak lagi takut saat bertemu banyak orang, melatih bersosialisasi juga punya banyak manfaat untuk tumbuh kembang anak, di antaranya: 

  • Lebih Mudah Beradaptasi dengan Lingkungan Baru

Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, anak akan memasuki babak baru dalam hidupnya. Misalnya, daycare baru, sekolah baru, atau rumah baru. Tidak ada salahnya untuk membantu anak mempersiapkan diri sehingga mudah untuknya beradaptasi dengan hal atau lingkungan baru di kemudian hari. 

Salah satu caranya yaitu mengajarkan cara bersosialisasi pada anak. Biarkan ia akrab bermain dan berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya. Sebab, hal tersebut akan membuatnya lebih mudah menyesuaikan diri ketika menemui suasana atau orang baru di mana saja ia berada nantinya.  

  • Membuat Anak Lebih Percaya Diri

Selain membuat anak menjadi lebih mudah beradaptasi, cara bersosialisasi juga membuat anak menjadi lebih mandiri dan percaya diri seiring dengan bertambahnya usianya. Anak menjadi lebih siap untuk menghadapi berbagai situasi atau kondisi yang tidak terduga. Pasalnya, sosialisasi sejak dini akan memudahkan anak memulai interaksi dengan orang lain dan membuatnya tidak tumbuh jadi anak yang pemalu.

  • Melatih Kemampuan Berkomunikasi

Kebiasaan bersosialisasi di tempat penitipan atau sekolah pastinya akan sangat membantu anak berkomunikasi, baik dengan teman, guru, atau orang lain yang ia temui. Tak hanya itu, mengajari anak cara bersosialisasi juga dapat membantu anak untuk mengenali berbagai tanda sosial, melatihnya menjadi seorang pendengar yang baik, dan membuatnya lebih berani untuk mengambil risiko dalam kehidupan. Tak hanya secara verbal, Anda juga harus melatih kemampuan anak berkomunikasi secara non-verbal. 

  • Mau Berbagi

Berada pada fase senang bermain terkadang membuat anak belum mengerti dengan baik tentang pentingnya berbagi. Bahkan, apa yang dipegang anak bisa disebut miliknya meski sebenarnya tidak, dan anak tidak mau meminjamkan atau mengembalikan barang tersebut karena merasa barang itu miliknya. Pastinya, ini akan membuat Anda kerepotan kalau sedang mengajak anak bermain di playground atau menitip anak di daycare

Melalui bersosialisasi, anak akan memahami konsep berbagi secara perlahan. Mungkin akan terasa cukup sulit di awal, tetapi nantinya anak akan menjadi terbiasa untuk bergantian bermain, bertukar mainan, atau bahkan sabar menunggu giliran memainkan mainan tertentu. 

  • Mengajarkan Saling Menghargai

Tak hanya melatih anak untuk mengerti konsep berbagi, cara bersosialisasi yang tepat juga secara tidak langsung mengajarkan anak untuk bisa saling menghargai. Ini akan sangat berguna apabila anak berada pada lingkungan yang lebih luas dengan perbedaan yang lebih besar. Dengan begitu, anak akan lebih mudah menerima semua perbedaan yang  ditemuinya dan tetap dapat beradaptasi dengan cepat. 

Jangan pernah berkecil hati dan putus asa apabila anak masih enggan bersosialisasi dengan orang lain. Tetap semangat dengan selalu memberikan dukungan pada anak untuk mengawalinya dari lingkungan dan orang terdekat terlebih dahulu. Anda juga bisa mengajak anak bergabung dalam klub bermain, klub olahraga, atau membuat playdate di rumah untuk membantunya mulai bersosialisasi dan mengakrabkan diri. 

Perlu diingat bahwa Anda sebaiknya tidak memaksa ketika anak merasa sulit dan takut. Berikan anak waktu dan ruang serta biarkan ia mengikuti intuisinya. Pastikan saja selalu temani anak setiap kali ia mencoba untuk kembali bersosialisasi. Ketahui & eksplor program Sekolah Murid Merdeka lebih lanjut untuk kembangkan potensi & minat anak!

Yuk, mulai ajak anak main dengan teman-temannya!