Categories
Parenting Terbaru

Kasus Bullying pada Anak di Sekolah Tinggi, Homeschooling Bisa Jadi Pilihan Terbaik

Perundungan atau bullying menjadi salah satu kasus yang banyak terjadi di lingkungan sekolah. Bukan hanya berupa penindasan fisik, tetapi bully juga bisa berbentuk verbal hingga psikologis. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran untuk orangtua, khususnya yang menyekolahkan anak mereka di sekolah umum.

Kasus bullying umumnya memang lebih tinggi terjadi pada sekolah formal, di mana terdapat lebih banyak siswa dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Melihat adanya fenomena tersebut, banyak dari orangtua murid akhirnya turut mempertimbangkan private school atau homeschooling untuk metode belajar buah hati mereka.

Pasalnya, sistem pendidikan homeschooling dinilai lebih efektif dalam mencegah terjadinya perundungan di lingkungan sekolah. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai fakta kasus bullying di Indonesia dan peran homeschooling untuk mencegah tindakan tersebut.

Data Kasus Bullying di Indonesia

Menurut data yang dihimpun oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), kasus bullying menjadi isu yang cukup mengkhawatirkan di lingkungan sekolah. Data mencatat setidaknya ada 1,478 kasus bullying dilaporkan. Angka ini meningkat tajam jika dibanding tahun-tahun sebelumnya 266 kasus bullying yang dilaporkan pada tahun 2022, sebelumnya lagi yang hanya mencapai 53 kasus pada 2021 dan 119 kasus pada 2020.

Terbaru, data FSGI menunjukkan terdapat setidaknya 30 kasus perundungan sepanjang 2023. Di mana sebanyak 80% kasus ini terjadi di sekolah yang dinaungi oleh Kemendikbud Ristek dan 20% di sekolah yang dinaungi Kementerian Agama.

Berdasarkan persebaran wilayah, sekolah di daerah Jawa Timur menjadi wilayah paling banyak dilaporkan terkait kasus bully. Diikuti oleh Jawa Barat di posisi kedua, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta di posisi ke-4. 

Jenis bully yang dialami oleh anak-anak di sekolah pun beragam. Terbanyak ditemukan kasus bullying fisik hingga 55,5% diikuti dengan bullying verbal 29,3% dan bullying psikologis mencapai 15,2%. Tingkat bully paling banyak terjadi pada jenjang pendidikan SD yang mencapai 26%, diikuti jenjang SMP 25% dan siswa SMA mencapai 18,75%.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),  mayoritas siswa yang mengalami bully di sekolah didominasi oleh siswa laki-laki. Persentase kasus perundungan pada siswa laki-laki tertinggi terjadi pada murid di jenjang SMP, SD, dan terendah pada siswa SMA. Melihat kasus bully yang tinggi di Indonesia, peran guru dan pengawasan segenap masyarakat sekolah sangat dibutuhkan. 

Homeschooling Disebut Dapat Menjadi Solusi Kasus Bully di Sekolah Formal

Meski tidak sepenuhnya dipastikan bebas dari kasus bully di sekolah, namun homeschooling memang dapat menjadi salah satu solusi untuk para orangtua yang ingin anaknya mendapatkan pendidikan penuh tanpa perlu khawatir mengalami perundungan.

Ada beberapa alasan mengapa private school seperti homeschooling minim kasus perundungan, yakni di antaranya karena:

1. Lingkup kelas yang kecil

Jumlah murid homeschooling tidak sebanyak sekolah formal pada umumnya. Bahkan, ada beberapa siswa yang fokus dibimbing secara pribadi, tanpa harus bersekolah dengan teman-teman lainnya. Hal ini memberikan manfaat pengawasan yang lebih ketat pada setiap siswa.  

Pengawasan yang lebih ketat dapat mencegah terjadinya perundungan. Karena sebagian besar penindasan cenderung terjadi di tempat yang mempunyai kelompok atau mayoritas golongan tertentu dengan pengawasan yang rendah.

2. Teknologi lebih canggih

Umumnya, sekolah swasta biasanya dilengkapi dengan teknologi dan peralatan terkini, sehingga lingkungan sekolah dan fasilitas teknologi akan lebih diawasi dengan ketat. Hal ini dapat mencegah terjadinya perundungan, baik di lingkungan sekolah maupun melalui social media.

Penggunaan perangkat lunak penyaring pada komputer, misalnya, dapat menghentikan cyberbullying.

Beberapa sekolah mengatasi masalah ini dengan memasang kamera TV Sirkuit tertutup di seluruh sekolah dan properti sekitarnya.

3. Lebih fleksibel untuk dievaluasi

Seperti kita tahu bahwa homeschooling merupakan metode belajar yang mengedepankan kolaborasi aktif antar orangtua, guru, dan siswa. Orangtua bisa turut memilih tenaga pendidik hingga sistem pembelajaran yang akan diterapkan. 

Orangtua bisa memilih lingkungan yang tepat untuk anak mereka. baik filosofi, budaya, agama, dan kebutuhan akademisnya. Oleh karena itu, siswa lebih mungkin untuk menyesuaikan diri dengan populasi siswa lainnya yang memang memiliki latar belakang dan budaya yang sama.

Adanya kesamaan ini bisa mengurangi tindakan bully di sekolah. Misalnya, seorang anak berbakat mungkin dikucilkan oleh pelaku intimidasi di sekolah negeri, di mana dia adalah satu-satunya anak berbakat di kelas tersebut. 

Namun, di sekolah swasta yang program akademiknya berfokus pada anak-anak berbakat, ia lebih cenderung berbaur dengan teman-teman sekelasnya, sehingga kasus perundungan kemungkinan kecil terjadi.

Pilih Homeschooling di Sekolah Murid Merdeka (SMM)

Jika tertarik ingin mencoba metode belajar homeschooling, salah satu rekomendasi terbaiknya adalah di Sekolah Murid Merdeka (SMM). Ini merupakan sekolah blended learning pertama di Indonesia yang didukung oleh pembelajaran kontekstual, guru berkompeten, dan peningkatan kompetensi diri. 

Semua tenaga pengajar yang ada di SMM memiliki kualitas dan keahlian terbaik. Bukan hanya mengajarkan berbagai materi pelajaran, setiap tenaga pendidik juga turut aktif dalam melakukan pengawasan, baik pada kemampuan akademik maupun karakter siswa. 

Belum lagi, metode pengajaran terpersonalisasi yang ada di SMM membuat anak-anak belajar sesuai dengan kemampuan mereka dan fokus untuk mengembangkan keahlian individu. Sehingga, adanya kemungkinan pembullyan minim terjadi. 

SMM menerapkan perpaduan Kurikulum Merdeka dan Kurikulum Kompetensi Masa Depan agar anak mempunyai cara belajar sesuai minat dan bakatnya. Orangtua bisa mendaftarkan anak untuk ikut kelas daring rutin maupun kelas tatap muka. 

Untuk tahu lebih lanjut seputar metode belajar dan sistem pendidikan Sekolah Murid Merdeka (SMM), kamu bisa konsultasi langsung di website berikut ini Homeschooling Sekolah Murid Merdeka. -RDRP-

Categories
Parenting Terbaru

Ini Pentingnya Mengajarkan Etika Sopan Santun pada Anak

Usia di bawah 5 tahun menjadi waktu yang tepat untuk orang tua melatih dan mengajarkan anak pada banyak kebiasaan baik. Ini termasuk disiplin, mengelola emosi, mengatasi rasa sedih, menunjukkan sikap empati, bersikap mandiri, bersosialisasi, dan tak ketinggalan, etika sopan santun. Bukan tanpa alasan, semua hal tersebut akan menjadi bekal anak untuk menghadapi berbagai situasi dan karakter orang lain di masa remaja dan dewasanya nanti. 

Pentingnya Mengajari Anak Etika Sopan Santun Sejak Dini

Etika Sopan Santun

Lalu, mengapa etika sopan santun jadi salah satu hal yang harus diajarkan pada anak sedini mungkin? Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup berdampingan dan membutuhkan bantuan orang lain. Bahkan, melakukan interaksi sosial menjadi kebutuhan manusia untuk dapat menjaga kesehatan mentalnya. Supaya sosialisasi dan interaksi dengan orang lain terjalin baik, tentu dibutuhkan etika, tata krama, dan sopan santun.

Tujuan utama dalam mengajarkan anak etika sopan santun adalah supaya keterampilan sosial anak menjadi lebih berkembang. Selain itu, etika dan sopan santun akan memudahkan anak saat berinteraksi dengan orang lain, serta anak dapat memperlakukan orang lain dengan rasa hormat. Nah, di usianya yang masih belia, anak lebih mudah dilatih kebiasaan baik karena ia masih memproses semua hal baru dan belum mengerti mana yang benar dan mana yang kurang tepat dilakukan. 

Cara Mengajari Anak Etika Sopan Santun

Etika Sopan Santun

Meski begitu, mengajari anak etika sopan santun tetap saja tidak mudah dilakukan. Sebagai langkah awal, Anda bisa memulainya dengan melakukan beberapa hal berikut ini.

  • Bicara dengan Lembut

Mulailah dengan membiasakan untuk berbicara dengan lembut dan tidak berteriak di rumah. Dekati anak ketika Anda hendak berbicara, dan sebisa mungkin untuk mengajak anak dalam percakapan ringan tentang aktivitas sehari-hari. Gunakan kata-kata yang sopan dan tidak bermakna kasar, sehingga anak akan menirukan hal yang sama ketika berbicara dengan orang lain nantinya. 

  • Berikan Contoh

Anak yang memiliki etika sopan santun pasti dibesarkan di lingkungan yang mendukung adanya sikap tersebut, terutama di keluarganya. Ketika berusia 2 hingga 4 tahun, anak akan memasuki fase senang meniru, baik itu perilaku, sikap, emosi, dan perkataan dari orang lain yang dilihat dan didengarnya. 

Jadi, apabila Anda ingin memiliki anak dengan sikap sopan dan beretika, sedangkan Anda sendiri tidak memberikan contoh bagaimana melakukannya, maka jangan berharap anak akan tumbuh menjadi pribadi yang Anda inginkan. Pasalnya, mendidik anak paling efektif yaitu dengan memberikan teladan dan contoh nyata di rumah. 

  • Koreksi dan Apresiasi Usahanya

Jangan pernah bosan mengoreksi atau memberikan nasihat pada anak apabila ia menunjukkan sikap yang tidak menyenangkan kepada orang lain. Hindari memarahi atau bahkan menghukum anak di depan umum karena hal tersebut bisa berdampak negatif pada perkembangan kesehatan mentalnya. 

Tetap beri tahu anak dengan kata-kata dan nada bicara yang lembut. Jaga kontak mata tetap sejajar dengan anak dan sentuh bahunya ketika Anda sedang memberikan arahan yang tepat. Jadi, anak tidak terkesan seperti dimarahi oleh orang tuanya. Sementara itu, jangan lupa untuk memberikan pujian apabila anak berhasil menunjukkan etika sopan santun ketika berinteraksi dengan orang lain. 

  • Biasakan untuk Mengucapkan 3 Kata Ajaib

Cara paling efektif untuk mengajarkan etika dan sopan santun pada anak adalah membiasakan anak memakai 3 kata ajaib dalam berbagai aktivitasnya, yaitu terima kasih, tolong, dan maaf. Apabila anak melakukan kesalahan, ajarkan untuk meminta maaf. Jika ia menginginkan sesuatu, biasakan untuk meminta tolong. Lalu, apabila ia telah mendapatkan bantuan atau diberi sesuatu, ajarkan untuk selalu mengucap terima kasih. 

Ajari secara konsisten dan ingatkan apabila anak lupa mengucapkan 3 kata ajaib tersebut. Lama-kelamaan, anak pun menjadi terbiasa untuk meminta tolong, berterima kasih, dan minta maaf dalam berbagai kondisi ketika bersosialisasi dengan orang lain di luar rumah. 

  • Gunakan Sapaan yang Baik dan Santun

Terakhir, ajari anak untuk menggunakan sapaan yang baik dan santun. Misalnya memanggil kakak, om, tante, paman, bibi, kakek, atau nenek untuk orang-orang yang lebih tua dan menggunakan sapaan adik untuk orang yang lebih muda usianya darinya. 

Kunci penting dalam melatih anak memiliki etika sopan santun dan rasa hormat adalah disiplin dan konsisten. Jangan lupa untuk meminta dukungan pasangan sehingga Anda lebih mudah mengajari anak melakukan hal-hal yang positif. Eksplor & ketahui lebih lanjut program Sekolah Murid Merdeka!

Semoga bermanfaat.

Categories
Parenting Terbaru

Ibu, Ini 5 Cara agar Anak Mau Belajar Tanpa Harus Dipaksa

Sebagai orang tua, tentu Anda memiliki harapan supaya anak lebih rajin dalam belajar sehingga bisa mendulang prestasi di bidang akademiknya. Terlebih dengan stigma masyarakat yang sering kali menjadi kecerdasan sebagai patokan keberhasilan dan kesuksesan. Mau tidak mau, orang tua akan semakin menuntut anak untuk mau belajar. 

Meski demikian, terkadang kemauan orang tua justru menimbulkan tekanan dan paksaan untuk anak. Alhasil, bukannya mau dan lebih rajin, anak justru menjadi lebih malas belajar. Bahkan, bukan tidak mungkin anak akan merasa stres setiap kali belajar. Lalu, bagaimana orang tua menyikapi hal ini?

Bagaimana Cara Agar Anak Mau Belajar Tanpa Paksaan?

Cara agar Anak Mau Belajar

Membuat anak mau belajar secara sukarela bisa menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian besar orang tua. Tak jarang, anak justru semakin menolak belajar yang membuat orang tua lepas kendali dan marah. Jika Anda mengalaminya, coba lakukan beberapa cara berikut ini supaya anak mau belajar tanpa harus dipaksa. 

  • Berikan Apresiasi saat Berhasil

Anak suka dipuji dan diapresiasi yang bisa menjadi cara agar anak mau belajar tanpa harus dipaksa. Jangan sungkan untuk memberikan apresiasi dan pujian atas pencapaian atau keberhasilan anak. Bahkan, berikan penghargaan atas usaha yang dilakukannya meski ia salah saat menjawab pertanyaan. Namun, jangan sampai lupa untuk memberikan jawaban yang benar. Dengan begitu, anak menjadi lebih percaya diri dan semangat ketika waktu belajar berikutnya.

  • Berikan dukungan dan Motivasi

Bagi anak, bermain tentu menjadi aktivitas yang lebih menyenangkan dibandingkan dengan belajar. Nah, di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan. Berikan dukungan dan motivasi pada anak setiap saat sehingga anak selalu menantikan waktu belajar. Jika memang perlu, temani anak ketika ia sedang belajar. Jadi, Anda bisa mengetahui semua pendapat anak dan membantu mencari jawaban apabila anak menemukan soal yang tidak diketahuinya. 

  • Menawarkan Empati saat Anak Gagal

Terkadang, anak tidak selalu mendapatkan keberhasilan. Tidak masalah, karena kegagalan membuatnya tahu bahwa terkadang anak harus mencoba lebih keras lagi nantinya. Sebagai orang tua, berikan empati terhadap kegagalan yang anak alami. Berikan dukungan dan semangat untuk membesarkan hatinya, sehingga anak tidak menyerah dan mau terus berusaha. Sebab, saat mengalami kegagalan, tidak ada yang lebih baik bagi anak daripada pelukan hangat dan motivasi dari ayah dan ibunya. 

  • Buat Belajar Jadi Menyenangkan

Sering meluapkan emosi atau marah saat menemani anak belajar menjadi tindakan yang bisa mengakibatkan anak semakin malas belajar. Sebab, baginya, situasi belajar menjadi sangat tidak menyenangkan. Bisa jadi, anak justru menjadi takut setiap Anda memintanya untuk belajar. Alih-alih marah dan selalu emosi saat meminta anak belajar, Anda bisa mencoba membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sebagai cara agar anak mau belajar

Bagaimana caranya? Tidak sulit, kok. Anda dapat mengizinkan anak untuk bermain di sela waktu belajarnya. Misalnya, beristirahat selama 10 menit saat belajar yang bisa digunakan untuk melakukan hal yang disukainya. Dengan begitu, anak akan mendapati bahwa ia tetap dapat bermain meski sedang belajar dan membuatnya jadi lebih menyukai aktivitas ini.

  • Ikuti Gaya Belajar Anak

Anak tidak betah belajar dengan duduk di kursi dan di hadapan meja? Mungkin memang bukan begitu gaya belajar anak. Perlu diingat bahwa perkembangan zaman dan teknologi membuat terjadinya pergeseran kebiasaan. Belum lagi dengan pesatnya perkembangan teknologi dan digital yang membuat semua hal sekarang menjadi semakin mudah dilakukan. 

Coba perhatikan, apakah anak lebih nyaman belajar sambil mendengarkan musik? Atau, apakah anak lebih mudah memahami materi pelajaran dengan bantuan video? Cara agar anak mau belajar satu ini sayangnya tidak banyak diterapkan oleh orang tua. Alhasil, anak tidak menemukan kenyamanan saat belajar dan menjadi tertekan.

Sebisa mungkin, hindari memarahi atau bahkan menggunakan kekerasan pada anak yang tidak mau belajar. Sebab, hal itu justru membuatnya semakin malas dan merasa belajar adalah suatu hal yang terpaksa harus dilakukannya agar orang tuanya tidak marah-marah. Pastinya, sabar, disiplin, dan pantang menyerah akan menjadi langkah terbaik saat Anda menerapkan cara agar anak mau belajar di rumah. Eksplor lebih lanjut program Sekolah Murid Merdeka dengan unduh booklet untuk mengetahui lebih dalam tentang program, metode belajar, praktik belajar, kurikulum, dan segala informasi lainnya tentang SMM!

Categories
Parenting Terbaru

5 Manfaat Mengajarkan Anak Cara Bersosialisasi Sejak Dini

Ketika berada pada rentang usia 1 sampai 3 tahun, rasa ingin tahu anak akan semakin besar. Anak akan menyentuh apa saja, memegang, bahkan memasukkan benda baru ke dalam mulutnya. Namun, Anda pasti menyadari bahwa pada usia tersebut, anak masih takut untuk berinteraksi dengan orang lain, terlebih orang yang baru ia temui pertama kali. 

Sebenarnya, keengganan anak untuk berinteraksi dengan orang baru menjadi bentuk peningkatan rasa waspada. Meski begitu, bukan berarti hal ini juga harus dibiarkan. Anda perlu mengajari cara bersosialisasi pada anak sehingga anak dapat menentukan sikap yang tepat saat bertemu dengan teman, orang tua, atau orang asing.

Manfaat Mengajarkan Cara Bersosialisasi pada Anak

Cara Bersosialisasi

Tak hanya membuat anak tidak lagi takut saat bertemu banyak orang, melatih bersosialisasi juga punya banyak manfaat untuk tumbuh kembang anak, di antaranya: 

  • Lebih Mudah Beradaptasi dengan Lingkungan Baru

Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, anak akan memasuki babak baru dalam hidupnya. Misalnya, daycare baru, sekolah baru, atau rumah baru. Tidak ada salahnya untuk membantu anak mempersiapkan diri sehingga mudah untuknya beradaptasi dengan hal atau lingkungan baru di kemudian hari. 

Salah satu caranya yaitu mengajarkan cara bersosialisasi pada anak. Biarkan ia akrab bermain dan berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya. Sebab, hal tersebut akan membuatnya lebih mudah menyesuaikan diri ketika menemui suasana atau orang baru di mana saja ia berada nantinya.  

  • Membuat Anak Lebih Percaya Diri

Selain membuat anak menjadi lebih mudah beradaptasi, cara bersosialisasi juga membuat anak menjadi lebih mandiri dan percaya diri seiring dengan bertambahnya usianya. Anak menjadi lebih siap untuk menghadapi berbagai situasi atau kondisi yang tidak terduga. Pasalnya, sosialisasi sejak dini akan memudahkan anak memulai interaksi dengan orang lain dan membuatnya tidak tumbuh jadi anak yang pemalu.

  • Melatih Kemampuan Berkomunikasi

Kebiasaan bersosialisasi di tempat penitipan atau sekolah pastinya akan sangat membantu anak berkomunikasi, baik dengan teman, guru, atau orang lain yang ia temui. Tak hanya itu, mengajari anak cara bersosialisasi juga dapat membantu anak untuk mengenali berbagai tanda sosial, melatihnya menjadi seorang pendengar yang baik, dan membuatnya lebih berani untuk mengambil risiko dalam kehidupan. Tak hanya secara verbal, Anda juga harus melatih kemampuan anak berkomunikasi secara non-verbal. 

  • Mau Berbagi

Berada pada fase senang bermain terkadang membuat anak belum mengerti dengan baik tentang pentingnya berbagi. Bahkan, apa yang dipegang anak bisa disebut miliknya meski sebenarnya tidak, dan anak tidak mau meminjamkan atau mengembalikan barang tersebut karena merasa barang itu miliknya. Pastinya, ini akan membuat Anda kerepotan kalau sedang mengajak anak bermain di playground atau menitip anak di daycare

Melalui bersosialisasi, anak akan memahami konsep berbagi secara perlahan. Mungkin akan terasa cukup sulit di awal, tetapi nantinya anak akan menjadi terbiasa untuk bergantian bermain, bertukar mainan, atau bahkan sabar menunggu giliran memainkan mainan tertentu. 

  • Mengajarkan Saling Menghargai

Tak hanya melatih anak untuk mengerti konsep berbagi, cara bersosialisasi yang tepat juga secara tidak langsung mengajarkan anak untuk bisa saling menghargai. Ini akan sangat berguna apabila anak berada pada lingkungan yang lebih luas dengan perbedaan yang lebih besar. Dengan begitu, anak akan lebih mudah menerima semua perbedaan yang  ditemuinya dan tetap dapat beradaptasi dengan cepat. 

Jangan pernah berkecil hati dan putus asa apabila anak masih enggan bersosialisasi dengan orang lain. Tetap semangat dengan selalu memberikan dukungan pada anak untuk mengawalinya dari lingkungan dan orang terdekat terlebih dahulu. Anda juga bisa mengajak anak bergabung dalam klub bermain, klub olahraga, atau membuat playdate di rumah untuk membantunya mulai bersosialisasi dan mengakrabkan diri. 

Perlu diingat bahwa Anda sebaiknya tidak memaksa ketika anak merasa sulit dan takut. Berikan anak waktu dan ruang serta biarkan ia mengikuti intuisinya. Pastikan saja selalu temani anak setiap kali ia mencoba untuk kembali bersosialisasi. Ketahui & eksplor program Sekolah Murid Merdeka lebih lanjut untuk kembangkan potensi & minat anak!

Yuk, mulai ajak anak main dengan teman-temannya!

Categories
Parenting Terbaru

6 Cara Meningkatkan Daya Ingat pada Anak yang Mudah Dilakukan

Daya ingat atau memori menjadi unsur yang sangat penting yang mendukung fondasi yang mumpuni untuk proses belajar anak. Mempunyai daya ingat yang baik akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang mampu mencetak prestasi dan unggul dalam segala hal. Akan tetapi, aspek ini tidak bisa didapat begitu saja.

Harvard Health Medical School menyebutkan, daya ingat jadi aspek penting yang harus ditingkatkan dan diasah sejak dini. Sebab, memiliki daya ingat yang baik akan membantu mencegah terjadinya berbagai masalah kesehatan kognitif yang sangat erat kaitannya dengan pertambahan usia, misalnya gangguan neurologi, alzheimer, dan demensia. 

Cara Meningkatkan Daya Ingat Anak

Cara Meningkatkan Daya Ingat

Lalu, bagaimana cara meningkatkan daya ingat anak agar terhindar dari masalah penurunan kognitif tersebut? Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan:

  • Manfaatkan Elemen Visual

Cara pertama yang dapat Anda coba adalah melalui berbagai elemen visual. Para ahli menyatakan, seseorang akan lebih mudah mengingat sesuatu secara visual dibandingkan dengan verbal atau mendengarkan suara. Anda bisa mulai dengan memberikan tontonan edukasi, tetapi tetap dampingi dan beri batasan waktu pada anak mengakses gawai. 

Selain menonton video edukasi, Anda juga dapat memakai kartu flash sebagai media belajar. Selain mengenali gambar lebih mudah, anak juga bisa belajar membaca melalui kartu visual. 

  • Belajar Lewat Lagu

Selain itu, Anda juga dapat meningkatkan kemampuan otak anak melalui lagu. Bukan hal baru bahwa lagu bisa membantu menajamkan kemampuan memori dalam mengingat sesuatu. Terlebih jika didengarkan berulang kali. Tidak harus lagu anak pada umumnya yang sering Anda dengar semasa kecil, Anda dapat menciptakan lagu sendiri berdasarkan aktivitas sehari-hari

Misalnya, lagu sikat gigi, lagu sebelum makan, atau lagu memakai pakaian. Apabila dilakukan dengan rutin, anak akan hafal dengan lirik lagu atau nadanya. Jadi, ia pun akan menyanyikan lagu setiap kali melakukan aktivitas tersebut.

  • Ajak Bercerita Bersama

Membaca atau mengajak anak bercerita juga menjadi cara meningkatkan daya ingat anak yang dapat Anda coba. Usai bercerita, Anda bisa mengajak anak mengingat kembali cerita yang Anda sampaikan. Misalnya, Anda bertanya siapa saja tokohnya, mana saja tempatnya, dan beberapa kejadian yang ada dalam cerita. 

Melakukan rutinitas ini akan membuat anak menjadi terbiasa. Secara tidak langsung, semua akan terekam dalam otak, membuat anak lebih mudah mengingat. Selain melalui buku, Anda juga bisa membuat cerita seru melalui gambar atau boneka tangan.

  • Penuhi Asupan Nutrisi Anak

Ternyata, memberikan asupan nutrisi yang tepat juga membantu kemampuan mengingat anak. Berikan anak asupan makanan dengan kandungan asam folat, zat besi, zinc, dan omega-3 yang memang baik untuk menunjang perkembangan otaknya. Misalnya, ikan salmon, telur, dan buah alpukat.

  • Gunakan Seluruh Indra Anak

Semakin banyak indra yang dipakai dalam mempelajari sesuatu, semakin banyak otak anak akan terlibat dalam mempertahankan kemampuan mengingat. Jadi, pastikan anak menggunakan semua indranya ketika ia menjelajah hal baru sebagai salah satu cara meningkatkan daya ingat anak. Sebab, menggunakan semua indra tubuh dapat membuat anak lebih mudah mengingat sesuatu benda.

  • Pastikan Anak Cukup Tidur

Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Northwestern University menyebutkan, mendapat cukup tidur menjadi kunci penting yang membantu menjaga daya ingat, tak terkecuali pada anak. Pasalnya, otak akan menyimpan semua hal penting yang sudah dipelajari selama terjaga seharian. 

Inilah mengapa, Anda harus memastikan bahwa anak mendapatkan cukup istirahat setiap hari, baik siang maupun malam. Seperti disebutkan dalam National Sleep Foundation (NSF), waktu yang dianjurkan untuk anak beristirahat adalah antara 11 sampai 13 jam setiap hari. 

Selama periode emasnya, anak akan selalu belajar. Entah itu belajar disiplin, mandiri, percaya diri, berbicara, hingga mengingat dan berkonsentrasi. Sudah menjadi tugas orang tua selalu memberikan dampingan, arahan, dan contoh nyata yang positif pada anak, termasuk saat mengajarkan cara meningkatkan daya ingat anak. Sebab, anak akan lebih mudah meniru apa yang dilihatnya. 

Selain itu, orang tua adalah contoh paling pertama yang masuk dalam visual atau indra penglihatan anak. Oleh sebab itu, jadilah role model terbaik bagi anak sehingga ia tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang selalu membawa hal positif dalam kehidupannya. Ketahui dan eksplor program Sekolah Murid Merdeka lebih lanjut!

Selamat mencoba!